Jumat, 12 April 2013

Tahun Baru Islam : Sejarah dan Ibroh

Tahun Baru Islam : Sejarah Dan Ibroh“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Q.S. Yunus :5)
Maha Benar Allah dengan segala perkataan-Nya. Siang berganti malam, bulan berganti bulan, kita pun telah sampai di tahun yang baru yang ditandai dengan sampainya kita kepada bulan Muharram 1434H. Yang terpenting bagi kita adalah bukan hura-hura, pesta kembang api, bukan pula seremonial pengajian memperingati tahun baru. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memaknai tahun baru, sehingga kita tergolong sang muhajir, yakni orang yang hijrah dari apa-apa yang dilarang Allah “Al-Muhajiru man hajara maa nahallahu ‘anhu” (HR Bukhari)

Fragmen-fragmen sejarah yang berkaitan dengan tahun hijriyah.
Fragmen ke-1  : Asal Muasal Penanggalan
Kita mengenal sistem penanggalan Masehi (diambil dari gelar Nabi Isa, yakni Al-Masih/Arab atau Messiah/Ibrani/Hebrew) yang diperkenalkan golongan Nasrani. Bangsa Jepang memiliki sistem penanggalan “Tahun Samura”, yang mengandung unsur pemujaan terhadap dewa matahari Amaterasu O Mi Kami. Tahun Samura dimulai tanggal 11 Februari 660 M, yakni tanggal kenaikan Raja Jimmu Tenno sebagai Kaisar Jepang yang dianggap sebagai keturunan dewa matahari. Di Jawa dikenal juga Tahun Saka yang dikaitkan dengan hikayat Raja Aji Saka. Konon Aji Saka adalah raja keturunan dewa yang datang dari India untuk menetap di Jawa.
Berbeda dengan sistem penanggalan di atas, di mana semuanya berkaitan dengan figur seseorang, maka ummat ini di dalam sistem penanggalannya tidak menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad saw., tidak juga menisbahkan kepada nama-nama Khalifah sesudahnya. Imam Asy-Sya’bi berkata,”Abu Musa Al-Asy’ari Ra. menulis kepada Umar bin Khattab ra. : “Telah datang kepada kami surat-surat dari Amirul Mukminin yang tidak bertanggal. Maka Umar ra. mengumpulkan  orang-orang untuk bermusyawarah. Sebagian berkata, “Berilah tanggal berdasarkan kenabian Nabi Muhammad saw”. Yang lain berkata, “Kita beri tanggal dari hijrahnya Nabi” , Maka Umar ra. berkata, “Benar kita beri tanggal berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke Madinah karena hijrahnya Rasulullah ke Madinah adalah garis pemisah antara yang hak dan yang batil.”  Menurut Sa’id Ibnul Musayyib, orang yang mengusulkan “kita mulai dari hijrahnya Nabi” adalah Ali bin Abi Thalib ra., ketika Umar bertanya kepada mereka, ‘Dari mana harus dimulai ?’
Pelajarannya : Ummat tidak diberi contoh  untuk mengkultuskan tokoh. Ummat hendaknya menjauhkan diri dari penyakit figuritas, gampang terpesona oleh kebesaran tokoh di jamannya.

Fragmen ke-2  : Dibaliknya tersimpan strategi da’wah
Hijrah ke-1 ke Habasyah (Ethiopia) dilakukan oleh golongan lemah dari para shahabat. Sementara shahabat yang kuat tetap tinggal di Makkah untuk berda’wah dengan segala macam resikonya, ibaratnya sebagai sarana pelatihan untuk menghadapi tahapan-tahapan yang lebih berat di masa mendatang. Meski demikian, boleh jadi hijrah sebagian shahabat ke Habasyah adalah sebagai strategi pemeliharaan kader da’wah. Siapa tahu, meskipun kader-kader yang menetap di Makkah adalah kader yang kuat, tetapi bisa saja toh kader-kader di Makkah akan habis karena ancaman Quraisy ? Ini disadari benar oleh Quraisy, sehingga mereka mengirim utusannya ke Raja Najasyi (penguasa Habasyah), agar orang-orang yang meminta suaka tersebut dikembalikan kepada mereka. Rasulullah saw. pun pernah mencoba melihat kemungkinan daerah da’wah baru di Thaif. Rupa-rupanya Thaif pada masa itu masih tidak bershahabat, sehingga Rasulullah disambut dengan cacian dan lemparan batu oleh orang-orang Thaif. Ketika malaikat menawarkan agar kampung Thaif ditimpakan gunung, maka alih-alih mengiyakan, Rasulullah malah mendo’akan agar anak cucu mereka nanti terbuka untuk menerima da’wah. Di sini kita melihat sebuah pelajaran, bahwa da’wah harus shabar tidak boleh tergesa-gesa. Jangan terlalu terpaku pada objek da’wah yang itu-itu saja, boleh jadi anaknya, keluarganya, atau orang-orang disekitar ia yang akan menerima seruan da’wah.
Rasulullah memanfaatkan momen ibadah haji, utamanya masa (mabit) menginap di Mina untuk penyebaran da’wah. Ternyata, berawal dari acara-acara umum (ibadah haji adalah momen tahunan orang Arab, bahkan yang musyrik sekalipun) disitu Rasulullah bertemu pertama kalinya dengan calon kader da’wah dari Yatsrib (Madinah). Siapa mengira jika setahun kemudian (dengan memanfaatkan momentum haji), secara diam-diam Rasulullah telah mendapatkan kader da’wah sejumlah 12 orang yang mengikrarkan diri untuk mengislamisasi kehidupannya (Bai’ah Aqabah I / Bai’ah Nisa). Bahkan tahun berikutnya melonjak menjadi 70 orang pria dan 2 wanita ? Peristiwa bertemunya Rasulullah saw. dengan 72 orang kader da’wah asal Madinah disebut-sebut di dalam sejarah sebagai “Bai’ah Aqabah II”, di mana pendukung da’wah di Madinah yang diwakili oleh 72 orang tersebut melakukan ikrar setia membela Rasulullah sebagaimana mereka membela anak-anak dan istri mereka.
Setelah terbangun pondasi yang kokoh itulah (ditandai dengan jaminan pembelaan nyawa), maka Allah memberitahu kepada Rasul-Nya, agar hijrah ke Madinah dilangsungkan. Peristiwa hijrahnya Rasuullah saw. pun penuh dengan pelajaran-pelajaran yang menunjukkan kematangan strategi. Rasulullah saw. melakukan janjian untuk pergi hijrah bersama Abu Bakar ra. dengan cara mengunjungi  Abu Bakar pada siang hari yang sangat terik, di mana manusia pada jam-jam tersebut lebih memilih tinggal di rumah, sehingga manusia tidak ada yang tahu rencana tersebut Malam harinya Rasulullah saw. menyuruh Ali ra. untuk tidur di ranjangnya dengan memakai selimut Rasulullah saw, sehingga orang-orang Quraisy yang mengepung rumah nabi mengira bahwa Rasulullah masih di rumahnya. Saat hijrah, Rasulullah tidak buru-buru menuju utara (Madinah), tetapi beliau bersama Abu Bakar menuju ke Jabal Tsur yang terletak di selatan. Andai saja beliau saw. langsung ke utara, boleh jadi mereka akan tersusul oleh pasukan gerak cepat Quraisy yang menggunakan kuda-kuda pilihan. Selama 3 hari bersembunyi tersebut Abu Bakar ra. memerintahkan anaknya Abdullah untuk memantau perkembangan kota Makkah. Setiap malam, Asma’ puteri Abu Bakar ditugaskan untuk mengantar ransum makanan ke atas gunung secara diam-diam. Sementara Amir bin Fuhairah (pembantu Abu Bakar), ditugaskan untuk menggembala kambing di sekitar situ guna menghapus jejak-jejak Asma’ ra. Demikianlah, setelah keadaan mulai aman, Rasulullah saw. dan Abu Bakar baru bergerak ke Madinah dengan melalui jalan-jalan yang jarang ditempuh manusia, mendekati tepian laut Merah.

Fragmen ke-3  : Hijrah adalah Bukti Keimanan
Orang-orang yang berhijrah meninggalkan hartanya, meninggalkan karir dan eksistensi yang sudah dibangun puluhan tahun di Makkah. Demikianlah, hijrah menjadi ujian keimanan. Memilih Allah dan Rasul-Nya atau memilih kemapanan di Makkah ? Hijrah menyebabkan perkawinan berakhir, karena sang pasangan masih kafir musyrik. Pilih cinta Allah dan Rasul-Nya atau pilih cinta si dia ?
Orang-orang yang tidak berangkat hijrah, padahal mampu, mereka itu ketika mati dipertanyakan oleh Malaikat dengan “Bagaimana kalian ini ?” (lihat An-Nisa : 99)
Bahkan orang yang sudah taat dan melakukan hijrah-pun harus mengikhlaskan niatnya. Hendaknya jangan berhijrah karena di tempat asal memang sudah miskin, dan berharap di Madinah bisa mendapatkan dunia. Atau jangan pula berhijrah karena wanita yang ditaksirnya berhijrah, sehingga buru-buru ikut hijrah agar si wanita mengira ia sholeh dan mau menerimanya sebagai suami. Berapa banyak di jaman ini, manusia tiba-tiba menjadi shalih mendadak supaya mendapat hati cowok/cewek idaman, dan persetujuan calon mertua? “Barangsiapa hijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrah karena (harta) dunia yang diusahakannya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu menuju apa yang ia inginkan” (HR Bukhari & Muslim)
Momentum hijrah ini hendaknya mampu menjadikan kita melakukan hijrah i’tiqadiyah (keyakinan) dari kekafiran menuju keimanan, hijrah fikriyah (pola berfikir) dari jahiliyah menuju Islam, hijrah syu’uriyah (rasa) dari cinta dunuia menju cinta akherat, hijrah sulukiyah (tingkah laku) dari akhlak tercela menuju akhlak terpuji. Pendeknya hijrah di semua cabang kehidupan!

Qurban Dan Perubahan Sosial

Qurban Dan Perubahan SosialSejalan dengan pelaksanaan Ibadah Haji, umat Islam juga melaksanakan Ibadah Qurban. Qurban sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an bermula ketika Nabi Ibrahim As diminta Allah SWT untuk menyembelih anaknya sendiri Nabi Ismail As, yang mana kemudian atas kekuasaanNya Ismail diganti dengan seekor sembelihan yang besar (kibas). Disebutkan dalam Al Qur’an, Allah memberi perintah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim untuk mempersembahkan Ismail. Hal sebagaimana diabadikan dalam QS Surat Ash Shaaffat ayat 102-107.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Sebagai anak yang shalih, Ismail benar-benar yakin bahwa apa yang disampaikan ayahnya Ibrahim merupakan perintah Allah SWT. Begitu juga Ibrahim, dengan kepasrahan dan ketulusannya berqurban menjalankan perintahNya. Padahal kita ketahui dalam sejarah bahwa Ismail adalah anak yang sangat dicintainya. Di sinilah melalui kisah Ibrahim Allah memberikan pembelajaran kepada ummat manusia bahwa betapapun kita mencintai sesuatu termasuk anak kita, namun Ibrahim menunjukkan betapa cintanya kepada Allah SWT melebihi dari segalanya.

Qurban sering diistilahkan dengan udhiyah atau Dhadiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Pelaksanaan qurban ini dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah pada tanggal 10 dan 11, 12 dan 13 (hari tasyrik) yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Sejarah qurban sebelum Nabi Ibrahim juga terjadi ketika Habil dan Qabil putera Nabi Adam As. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam QS Al-Maidah ayat 27 “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertaqwa”.

Perubahan Sosial

Dalam konteks berbangsa dan bernegara saat ini, pembelajaran qurban menjadi sangat relevan untuk kita aktualisasikan. Qurban merupakan wujud syukur kita kepada sang Pencipta. Selain itu, qurban memiliki dua karakter utama yakni adanya pengorbanan dan keikhlasan. Pengorbanan adalah sebuah karakter utama yang gemar untuk berbuat untuk orang lain. Karakter orang yang senang membantu orang lain. Dirinya akan gelisah ketika belum bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Begitu juga keikhlasan merupakan sebuah karakter kepasrahan atas kehendakNya. Karena ia yakin bahwa apa yang telah ditentukanNya pasti membawa kebaikan buat semua.

Di tengah berbagai permasalahan yang masih mendera bangsa ini sesungguhnya karakter pengorbanan dan keikhlasan menjadi sangat penting kita aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, pengorbanan. Program qurban, zakat, infaq shodaqoh dan wakaf yang selama ini telah berjalan di tengah-tengah masyarakat pada dasarnya merupakan wujud dari pengorbanan. Pada satu sisi, semakin banyak yang kita keluarkan untuk program tersebut semakin besar pula tabungan amal kita yang menjadi bekal di akhirat. Di sisi lain, semakin besar jumlah yang kita keluarkan untuk donasi tersebut maka akan semakin banyak pula masyarakat yang akan merasakan manfaatnya.

Untuk keluar dari berbagai permasalahan yang mendera bangsa ini khususnya yang terkait dengan persoalan hukum, ekonomi dan kemiskinan, maka semangat pengorbanan menjadi sangat penting. Sebagaimana yang telah dipersembahkan oleh para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Kepentingan umat dan bangsa adalah  lebih utama dari pada kepentingan hawa nafsu dan keserakahan. Semua anak bangsa bisa bekerja untuk Indonesia melalui profesi atau pekerjaan yang sedang digeluti. Setiap anak bangsa juga bisa mengoptimalkan perannya untuk membangun bangsa ini dengan mengorbankan tenaga, pikiran dan harta. Sehingga cita-cita menuju Indonesia sejahtera, berdaya dan berbudaya dapat terlaksana.

Kedua, keikhlasan merupakan sebuah karakter yang menjadi penggerak dalam setiap jiwa untuk mau dan mampu berbuat bagi kemaslahatan ummat. Dengan keikhlasan lah seseorang akan terus memiliki semangat untuk berbuat dan terus berbuat untuk kemajuan bangsanya. Tanpa adanya keikhlasan jiwa kita akan terasa berat untuk melakukan sesuatu bagi masyarakat. Keikhlasan perlu kita tumbuhkan dan terus dijaga agar senantiasa hadir dan melekat sebagai karakter diri kita. Keikhlasan adalah penyempurna semua pekerjaan dan pengorbanan. Keikhlasan akan melahirkan jiwa-jiwa manusia yang mampu bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas.

Penutup

Pengorbanan dan keikhlasan akhirnya juga akan menjadi modal utama di dalam proses perubahan sosial di masyarakat. Negeri ini tentu akan bisa mencapai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan ketika jiwa-jiwa masyarakatnya dipenuhi dengan karakter pengorbanan dan keikhlasan. Berbagai tantangan dan permasalahan yang ada seringkali terjadi tentu akan bisa diatasi dengan adanya jiwa pengorbanan dan keikhlasan tadi. Dua modal karakter ini jugalah yang menjadi spirit bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia, sehingga bangsa ini bisa merdeka. Saat ini dan ke depan kita terus memerlukan jiwa-jiwa yang mau dan mampu untuk berkorban dan ikhlas untuk bekerja untuk Indonesia mewujudkan perubahan sosial mencapai keadilan dan kesejahteraan bangsa.   Wallahu A’lam bish Showab.

5 Bekal Perjuangan Dakwah

5 Perjuangan DakwahSudah menjadi sunnatullah dalam dakwah, bahwa jalan dakwah tidaklah bertabur kenikmatan, kesenangan dan kemewahan. Dakwah diusung menghadapi penentangan, konspirasi, persekongkolan, isolasi, pengkroyokan, bahkan ancaman pembunuhan. Oleh karenanya dakwah hanya bisa diemban oleh mereka yang mewakafkan diri dan hidupnya untuk Allah swt semata. Dakwah tidak mungkin akan dipikul oleh mereka yang mengharapkan kemewahan dunia, bersantai dengan kesenangan materi.

Rasulullah saw didalam memulai perjuangan menyeru kerabat dan kaumnya, mendapatkan taujihat Robbaniyyah –arahan Allah swt- agar menguatkan keimanan, kepribadian dan kesabaran: yaitu arahan untuk senantiasa mengagungkan Allah, membersihkan jiwa, mejauhkan diri dari maksiat, mengikhlaskan kerja, dan sabar dalam perjuangan.

”Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan!. Dan Tuhanmu agungkanlah!. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al Muddatstsir: 1-7).

Bekal pertama, Agungkan Allah.

Allah swt menanamkan dalam persepsi dan keyakinan Muhammad agar hanya mengagungkan Allah swt semata, selain-nya kecil tiada berarti. Baik dalam konteks tawaran kenikmatan duniawi, pun dalam konteks siksaan, penolakan dan pembunuhan di dunia yang dilakukan musuh-musuh dakwah, maka jika dibandingkan dengan pemberian, keridloan dan surga Allah swt sungguh tiada ada artinya.

Pengagungan Allah swt dalam qalbu, lisan, fikiran dan perilaku. Dalam setiap kesempatan dan kondisi Rasulullah saw selalu berdzikir dan mengagungkan Allah swt, sehingga inilah rahasia do’a Nabi saw ketika kelur dari buang hajat: “Ghufranaka: Aku mohon ampunan-Mu Ya Allah.”. Hasil penelitian para ahli hadits menyimpulkan bahwa Rasulullah saw tidak pernah meninggalkan dzikir dan pengagungan Allah swt, namun karena tidak diperkenankannya berdzikir di saat buang hajat, maka ungkapan pertama saat keluar dari buang hajat adalah, mohon ampun karena beliau tidak melakukan dzikir pada saat buang hajat.

Dengan sikap inilah, ma’iyatullah –kebersamaan Allah- dalam bentuk pertolongan-Nya selalu datang pada saat dibutuhkan. Inilah rahasia dikumandangkannya kalimat takbir “Allahu Akbar wa lilLahil Hamd, Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala pujian”.

Bekal kedua, Bersihkan Hati.

Dalam upaya mengagungkan Allah swt dalam setiap kesempatan, maka dibutuhkan hati yang bersih dan jiwa yang suci. Hati adalah panglima dalam tubuh seorang manusia. Jika panglima itu baik, sudah barang tentu tentaranya akan menjadi baik, sebaliknya jika panglima buruk, maka buruklah semua tentaranya.

Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa perintah mensucikan pakaian disini kinayah atau kiasan, bukan makna dzahir. Artinya perintah pembersihan hati dan pensucian jiwa. Penampilan fisik tidak akan berarti, apabila apa yang dibalik fisik itu busuk.

Hati senantiasa dijaga kefitrahannya dan dibersihkan dari beragam penyakit hati, seperti sombong, iri, riya, adu domba, meremehkan orang, dan yang paling berbahaya adalah syirik, menyekutukan Allah swt dengan makhluk-Nya.

“…..dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kamu sedikitpun….” (QS. At Taubah : 25-26).

Bekal ketiga, Jahui Maksiat.

Agar keagungan Allah swt menghiasi diri, maka diri harus menjauhkan dari dosa dan maksiat. Begitu pun sebaliknya, meninggalkan maksiat akan mewariskan ma’iyyatullah.

Allah swt hanya akan turut campur kepada orang beriman dengan menurunkan pertolongan-Nya, jika orang beriman itu dekat dan taat kepada-Nya. Sebaliknya jika mereka berbuat maksiat dan dosa, maka apa bedanya mereka dengan orang lain? Bedanya orang lain lebih canggih perlengkapannya dan lebih besar jumlahnya. Sehingga secara hitungan rasio manusiawi orang lain mampu mengalahkan orang beriman.

Ada kisah menarik, dalam sebuah peperangan melawan kaum kuffar, kaum muslimin beberapa kali mengalami kekalahan. Sang panglima segera mengevaluasi pasukannya, mengapa kekalahan demi kekalahan bisa terjadi? Tak ada yang kurang. Semua perlengkapan lengkap, pun ibadah-ibadah dilakukan dengan baik. Namun saat pagi menjelang, sang panglima mengamati pasukannya dan baru menyadari bahwa ternyata pasukannya melupakan satu sunah Rasul, yaitu bersiwak! Panglima segera memerintahkan menggosok gigi dengan siwak (sejenis kayu) kepada seluruh pasukannya. Pasukan pengintai dari pihak musuh menjadi takut karena melihat para tentara muslim tengah menggosok-gosok giginya dengan kayu, dan mengira pasukan kaum muslimin tengah menajamkan gigi-giginya untuk menyerang musuh. Pihak musuh menjadi gentar dan segera menarik mundur pasukannya.

Sepele, lupa bersiwak, namun besar dampaknya. Inilah rahasia pertolongan Allah swt.

Bekal keempat, Ikhlaskan dalam Berjuang.

Hidup seorang mukmin adalah untuk prestasi amal dan kontribusi manfaat untuk umat manusia. Kesemuanya itu dilakukan semata-mata dilandasi mencari keredloan Allah swt semata. Balasan Allah swt jauh lebih baik dan lebih mulya, dibandingkan dengan kemewahan dunia berikut kemegahannya. Seorang mukmin akan selalu mengejar mimpinya, yaitu keridloan Allah swt, di dunia dan di akhirat kelak.

Menarik disini seruan Allah swt dalam bentuk ”larangan”, sedangkan yang lainya menggunakan bentuk ”perintah”. ”Jangan kamu memberi untuk mengharapkan mendapat imbalan yang lebih”. Artinya, peringatan keras dari Allah swt agar manusia senantiasa mengikhlaskan amal perbuatan dan perjuangan. Tidak merasa paling berjasa dan juga tidak meremehkan andil orang lain.

Bekal kelima, Sabar Di Jalan Allah.

Sabar dalam kesunyian pengikut, sabar dalam penolakan ajakan, sabar dalam kekalahan, dan sabar dalam kemenangan dan kemewahan.

Ketika Rasulullah saw mengetahui kondisi keluarga sahabatnya, Yasir yang mendapat siksaan berat dan pembunuhan keji, Rasulullah saw langsung memberi kabar gembira kepada mereka :“Sabar wahai keluarga Yasir, Sungguh surga buat kalian kelak!.”

Sabar dalam berdakwah mencakup segala hal yang positif, seperti banyak ide, solusi, perencanaan, kerja keras, kerja sama, pendelegasian, pemanfaatan sarana dan adanya evaluasi. Sabar bukan dikonotasikan negatif seperti pasrah, nerimo, malas, menunggu dan tidak berusaha.

Dengan bekalan itu terbukti dalam sejarah, Rasulullah saw mampu melewati dua masa sulit sekaligus: Masa sulit mendapatkan tawaran kemewahan, jabatan, pengikut, bahkan wanita. Dan masa sulit tatkala beliau harus berdarah-darah menerima pengkroyokan dan penganiayaan dari kaumnya.

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Inilah bekalan bagi penyeru kebajikan dan penerus perubahan dari masa ke masa. Wallahu A’lam bish Showab.

Rahasia Sang Pioner


Sungguh luar biasa, masyarakat bejat bisa berubah jadi bermartabat. Sungguh luarbiasa, masyarakat bagai binatang tiada harga diri bisa berubah jadi bintang yang memancarkan kemuliaan. Sungguh luarbiasa, masyarakat yang sedang di tepi jurang kehancuran, fantastis sekali bisa selamat bahkan menjadi negara hebat. Sungguh luarbiasa, negeri yang sama sekali tidak dilirik oleh kaum penjajah karena tanah dan penduduknya tidak ada yang dapat diambil apapun darinya, bisa berubah menjadi negara besar bahkan bisa mengalahkan dua negara superpower saat itu (Persia dan Romawi). Subhanallah! Tentu hanya manusia luar biasa pula yang mampu membimbing dan merubah masyarakat seperti ini. Dialah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.


Manusia luar biasa yang bernama Muhammad saw ini tentunya memiliki sifat-sifat hebat sehingga dapat mengatasi segala macam tantangan, meluruskan seabrek sifat dan karakter buruk manusi dan menaklukkan musuh- musuhnya. Ya, sifat-sifat hebat itu ada empat.

Sifat yang pertama adalah shiddiq (benar). Sifat benar ini meliputi empat dimensi diri sekaligus.

1. Benar dalam niat, motivasi sehingga melahirkan prilaku sangat terpuji , sangat berkualitas dan mendapat ridlo Allah serta menawan dan mengikat hati setiap manusia.

2. Benar dalam ucapan, tidak pernah mencela, mencaci apalagi mendustai siapapun sehingga ia mendapat kepercayaan penuh.

3. Benar dalam amal, tidak basa basi sehingga memberikan manfaat lahir dan batin serta melahirkan banyak simpati.

4. Benar dalam sikap, tidak pilih-pilih dalam bergaul. Semua orang dihadapi dengan perlakuan yang sama. Sama-sama dihargai. Sikap seperti ini menimbulkan kewibawaan yang mengayomi sesamanya.

Sifat yang kedua adalah amanah (bisa dipercaya). Sifat amanah ini meliputi tiga dimensi kehidupan sekaligus.

1. Amanah dalam dakwah, dijalankan dengan penuh kesungguhan yang dibuktikan dengan pengorbanan waktu, tenaga dan dana demi hidayah itu sampai ke seluruh manusia.

2. Amanah dalam memegang jabatan, dengan mendahulukan terlaksananya seluruh kewajiban sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin. Seluruh yang dipimpinnya tak satupun dirugikan dan dizalimi. Semua merasa terlindungi, aman dan terjaga harga dirinya.

3. Amanah dalam keluarga, dengan menjadi ayah yang bijak dan suami yang penuh kasih saying kepada istri. Sehingga istri mencurahkan kesetiaannya mengikuti perjalanan kepemimpinan suami. Anak-anakpun memberikan rasa hormat dengan setingi-tingginya

Sifat yang ketiga adalah fathonah (cerdas).

Rasulullah saw cerdas secara intelektual , dengan kemampuan memahami dan menghafalkan 30 juz Al Qur’an sehingga membuat hati tidak ragu-ragu menerimanya, bahkan semakin terpikat dan terikat oleh kesadaran akan hidayah Allah yang benar itu.

Beliau juga cerdas secara emosional , menghadapi segala permasalahan dengan irama hati yang bijak, tidak mudah marah bahkan selalu dengan mudah memaafkan dan membalas kejahatan yang diterimanya dengan kebaikan sehingga membuat manusia yang semula benci jadi tertarik masuk agama Islam. Yang semula memusuhi beliau , menjadi pembela.

Beliau cerdas emosional, tidak mudah tersulut kemarahannya tapi selalu saja beliau tersenyum menghadapi suasana emosi orang lain padanya. Kadang ketegasan bila diperlukan pada saat yang tepat, beliau tunjukkan. Kepiawaian beliau menyetir emosional diri melahirkan rasa lapang dada, kesejukan dan cinta siapapu yang berdialog dengannya.

Dan yang tidak ketinggalan, beliau juga cerdas secara spiritual. Kecintaan, kesungguhan dan keistiqamahan beliau untuk selalu taqarrub pada Allah menjadi teladan tak terbantahkan untuk ikut meniru ibadahnya. Sehingga ajakan apapun yang disampaikan tidak terasa berat untuk dilaksanakan. Justru terpacu dan bergairah untuk merasakan nikmatnya memperbanyak ibadah.

Adapun sifat yang keempat adalah tabligh (menyampaikan).

Beliau tidak pernah menyembunyikan risalah yang harus beliau sampaikan kepada umatnya. Beliau saw pintar dalam berdakwah. Siapapun yang didakwahi senantiasa pas di hati. Siapapun dia merasa mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi manusia terbaik dan dihargai bila mendengar dakwahnya. Yang paling bodoh bisa memahami dakwahnya dan yang paling pintarpun puas dengan penjelasannya tentang Islam.

Subhanallah, inilah empat hal penting yang seharusnya menjadi sifat andalan kita jika ingin sukses, menyatu dengan masyarakat , dinanti kedatangannya, ditunggu-tunggu nasehatnya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang bermartabat, damai dan bahagia.

Senin, 08 April 2013

Ruh Setelah Mati

KEBERADAAN RUH SETELAH MATI

الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ الهُدَي والنور، الذي قال: (وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور)، نحمده سبحانه وتعالي حَمْدَ مَنْ نَظَرَ فَاعْتَبَر، وَكَفَّ عن المساويءِ وازْدَجَر، وعَلِمَ أن الدُّنيا ليست بدار مَقَرّ. أشهد أن لا إله الله خلق الخلائق وأحكامَها، وقدّر الأعمار وحدّدها، وهو باقٍ لا يفوت وهو حيّ لا يموت، وأشهد أن محمدا عبدُه ورسولُه، أَمَرَ بتذكير الموتِ والفناء، والاستعدادِ ليوم البَعْث والجزاء. اللهم صلي الله علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطيبين الطاهرين وأصحابه الأخيار أجمعين. أما بعد.
Hadirin, jamaah shalat Jum’at mesjid At-taufik yang dimuliakan oleh Allah SWT!Pada kesempatan shalat Jumat yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan sebuah materi atau barangkali informasi yang mungkin agak jarang kita dengar, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ruh setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini. Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh kita nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT memberikan sedikit gambaran dan penjelasan melalui Hadis-hadis Rasulullah SAW.
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا(85)
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Nah, informasi yang sedikit inilah yang akan kita coba sampaikan kembali kepada hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimulian Allah SWT.
Di antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1. Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan, tinggal di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan seperti emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang gugur dalam perang Uhud:
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)
2. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui orang yang menziarahi kuburnya. Nabi SAW bersabda:
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
1. )إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
2. (تعرض الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء وعلى الآباء والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا وإشراقا فاتقوا الله ولا تؤذوا أمواتكم)
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh.
)وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ(
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ma’asyiral mukminin rahimakumullah…
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya. Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.

Bahaya Lidah/Lisan

BAHAYA LIDAH

Perintah berkata baik
Kemampuan berbicara adalah salah satu kelebihan yang Allah berikan kepada manusia, untuk berkomunikasi dan menyampaikan keinginan-keinginannya dengan sesama manusia. Ungkapan yang keluar dari mulut manusia bisa berupa ucapan baik, buruk, keji, dsb.

Agar kemampuan berbicara yang menjadi salah satu ciri manusia ini menjadi bermakna dan bernilai ibadah, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk berkata baik dan menghindari perkataan buruk. Allah SWT berfirman :

“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” QS. 17: 53

”Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” QS. 16:125

Rasulullah SAW bersabda :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Muttafaq alaih
Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya maka dengan ucapan yang baik “ Muttafaq alaih

Ucapan yang baik adalah sedekah” HR. Muslim.

KEUTAMAAN DIAM
Bahaya yang ditimbulkan oleh mulut manusia sangat besar, dan tidak ada yang dapat menahannya kecuali diam. Oleh karena itu dalam agama kita dapatkan anjuran diam dan perintah pengendalian bicara. Sabda Nabi:
“ Barang siapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, saya jamin dia masuk sorga” HR. Al Bukhariy

“Tidak akan istiqamah iman seorang hamba sehingga istiqamah hatinya. Dan tidak akan istiqamah hati seseorang sehingga istiqamah lisannya” HR Ahmad

Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, Rasul menjawab : “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab : “dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan” HR. At Tirmidziy

Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” HR. Abu Nuaim.

Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri”
Abu Darda berkata : “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

MACAM-MACAM AFATUL-LISAN, PENYEBAB DAN TERAPINYA
Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok : murni membahayakan, ada bahaya dan manfaat, tidak membahayakan dan tidak menguntungkan, dan murni menguntungkan.
Ucapan yang murni membahayakan maka harus dijauhi, begitu juga yang mengandung bahaya dan manfaat. Sedangkan ucapan yang tidak ada untung ruginya maka itu adalah tindakan sia-sia, merugikan. Tinggallah yang keempat yaitu ucapan yang menguntungkan.
Berikut ini akan kita bahas afatul lisan dari yang paling tersembunyi sampai yang paling berbahaya. Ada beberapa macam bahaya lisan, yaitu :

1. Berbicara sesuatu yang tidak perluRasulullah SAW bersabda : “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” HR At Tirmidziy

Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam tidak berdosa, dan tidak akan membahayakan diri maupun orang lain. Seperti menanyakan sesuatu yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain “apakah anda puasa, jika dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK padahal ia puasa, maka dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak menghormati penanya. Jika menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan pembicaraan maka menyusahkan orang lain mencari – cari bahan, dst.

Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui segala sesuatu. Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini termasuk dalam perbuatan tercela.

Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang paling berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan diri sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut akan dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke sorga atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri senantiasa diam dari hal-hal yang tidak diperlukan.

2. Fudhulul-Kalam ( Berlebihan dalam berbicara)
Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul” (kelebihan). Firman Allah : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma’ruf, atau perdamaian di antara manusia” QS.4:114.

Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy.

Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”

Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.

3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil)
Pembicaraan yang batil adalah pembicaraan ma’siyat, seperti menceritakan tentang perempuan, perkumpulan selebritis, dsb, yang tidak terbilang jumlahnya. Pembicaraan seperti ini adalah perbuatan haram, yang akan membuat pelakunya binasa. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” HR Ibn Majah.

“ Orang yang paling banyak dosanya di hari kiamat adalah orang yang paling banyak terlibat dalam pembicaraan batil” HR Ibnu Abiddunya.

Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka menjawab: “ …dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” QS. 74:45
Terhadap orang-orang yang memperolok-olokkan Al Qur’an, Allah SWT memperingatkan orang-orang beriman :”…maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” QS. 4:140

5. Al Jidal (Berbantahan dan Perdebatan)
Perdebatan yang tercela adalah usaha menjatuhkan orang lain dengan menyerang dan mencela pembicaraannya, menganggapnya bodoh dan tidak akurat. Biasanya orang yang diserang merasa tidak suka, dan penyerang ingin menunjukkan kesalahan orang lain agar terlihat kelebihan dirinya.
Hal ini biasanya disebabkan oleh taraffu’ (rasa tinggi hati) karena kelebihan dan ilmunya, dengan menyerang kekurangan orang lain.

Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan” HR. At Tirmidziy
Imam Malik bin Anas berkata : “Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan”

6. Al Khusumah (pertengkaran)
Jika orang yang berdebat menyerang pendapat orang lain untuk menjatuhkan lawan dan mengangkat kelebihan dirinya. Maka al khusumah adalah sikap ingin menang dalam berbicara (ngotot) untuk memperoleh hak atau harta orang lain, yang bukan haknya. Sikap ini bisa merupakan reaksi atas orang lain, bisa juga dilakukan dari awal berbicara.
Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar” HR. Al Bukhariy

7. Taqa’ur fil-kalam (menekan ucapan) Taqa’ur fil-kalam maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja’ dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. HR. Ahmad.

Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk kata yang menyentuh.

8. Berkata keji, jorok dan caci makiBerkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda :
“Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji”. HR. Ibnu Hibban

“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” HR. At Tirmidziy.

Ada seorang A’rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi : Sabda Nabi : “Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A’rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”. HR. Ahmad.

“Termasuk dalam dosa besar adalah mencaci maki orang tua sendiri” Para sahabat bertanya : “Bagaimana seseorang mencaci maki orang tua sendiri ? Jawab Nabi: “Dia mencaci maki orang tua orang lain, lalu orang itu berbalik mencaci maki orang tuanya”. HR. Ahmad.

Perkataan keji dan jorok disebabkan oleh kondisi jiwa yang kotor, yang menyakiti orang lain, atau karena kebiasaan diri akibat pergaulan dengan orang-orang fasik (penuh dosa) atau orang-orang durhaka lainnya.

9. La’nat (kutukan)
Penyebab munculnya kutukan pada sesama manusia biasanya adalah satu dari tiga sifat berikut ini, yaitu : kufur, bid’ah dan fasik. Dan tingkatan kutukannya adalah sebagai berikut :
Kutukan dengan menggunakan sifat umum, seperti : semoga Allah mengutuk orang kafir, ahli bid’ah dan orang-orang fasik.

Kutukan dengan sifat yang lebih khusus, seperti: semoga kutukan Allah ditimpakan kepada kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi, dsb.

Kutukan kepada orang tertentu, seperti : si fulan la’natullah. Hal ini sangat berbahaya kecuali kepada orang-orang tertentu yang telah Allah berikan kutukan seperti Fir’aun, Abu Lahab, dsb. Dan orang-orang selain yang Allah tentukan itu masih memiliki kemungkinan lain.

Kutukan yang ditujukan kepada binatang, benda mati , atau orang tertentu yang tidak Allah tentukan kutukannya, maka itu adalah perbuatan tercela yang haus dijauhi. Sabda Nabi :
“ Orang beriman bukanlah orang yang suka mengutuk” HR At Tirmidziy

“Janganlah kamu saling mengutuk dengan kutukan Allah, murka-Nya maupun jahanam” HR. At Tirmidziy.

“Sesungguhnya orang-orang yang saling mengutuk tidak akan mendapatkan syafaat dan menjadi saksi di hari kiamat” HR. Muslim

10. Ghina’ (nyanyian) dan Syi’r (syair)Syair adalah ungkapan yang jika baik isinya maka baik nilainya, dan jika buruk isinya buruk pula nilainya. Hanya saja tajarrud ( menfokuskan diri) untuk hanya bersyair adalah perbuatan tercela. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya memenuhi rongga dengan nanah, lebih baik dari pada memenuhinya dengan syair” HR Muslim. Said Hawa mengarahkan hadits ini pada syair-syair yang bermuatan buruk.
Bersyair secara umum bukanlah perbuatan terlarang jika di dalamnya tidak terdapat ungkapan yang buruk. Buktinya Rasulullah pernah memerintahkan Hassan bin Tsabit untuk bersyair melawan syairnya orang kafir.

11. Al Mazah (Sendau gurau)
Secara umum mazah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama, kecuali sebagian kecil saja yang diperbolehkan. Sebab dalam gurauan sering kali terdapat kebohongan, atau pembodohan teman. Gurauan yang diperbolehkan adalah gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong, tidak menyakiti orang lain, tidak berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan para sahabatnya.
Kebiasaan bergurau akan membawa seseorang pada perbuatan yang kurang berguna. Disamping itu kebiasaan ini akan menurunkan kewibawaan.
Umar bin Khatthab berkata : “Barang siapa yang banyak bercanda, maka ia akan diremehkan/dianggap hina”.
Said ibn al Ash berkata kepada anaknya : “Wahai anakku, janganlah bercanda dengan orang mulia, maka ia akan dendam kepadamu, jangan pula bercanda dengan bawahan maka nanti akan melawanmu”

12. As Sukhriyyah (Ejekan) dan Istihza’( cemoohan)
Sukhriyyah berarti meremehkan orang lain dengan mengingatkan aib/kekurangannya untuk ditertawakan, baik dengan cerita lisan atau peragaan di hadapannya. Jika dilakukan tidak di hadapan orang yang bersangkutan disebut ghibah (bergunjing).
Perbuatan ini terlarang dalam agama. Firman Allah :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok “ QS. 49:11
Muadz bin Jabal ra. berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Barang siapa yang mencela dosa saudaranya yang telah bertaubat, maka ia tidak akan mati sebelum melakukannya” HR. At Tirmidziy

13. Menyebarkan rahasiaMenyebarkan rahasia adalah perbuatan terlarang. Karena ia akan mengecewakan orang lain, meremehkan hak sahabat dan orang yang dikenali. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling buruk tempatnya di hari kiamat, adalah orang laki-laki yang telah menggauli istrinya, kemudian ia ceritakan rahasianya”. HR. Muslim

14. Janji palsu
Mulut sering kali cepat berjanji, kemudian hati mengoreksi dan memutuskan tidak memenuhi janji itu. Sikap ini menjadi pertanda kemunafikan seseorang.
Firman Allah : “Wahai orang-orang beriman tepatilah janji…” QS 5:1
Pujian Allah SWT pada Nabi Ismail as: “Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya..” QS 19:54
Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang jika ada pada seseorang maka dia adalah munafiq, meskipun puasa, shalat, dan mengaku muslim. Jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, dan jika dipercaya khiyanat” Muttafaq alaih dari Abu Hurairah

15. Bohong dalam berbicara dan bersumpah
Berbohong dalam hal ini adalah dosa yang paling buruk dan cacat yang paling busuk. Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya berbohong akan menyeret orang untuk curang. Dan kecurangan akan menyeret orang ke neraka. Dan sesungguhnya seseorang yang berbohong akan terus berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong” Muttafaq alaih.
“Ada tiga golongan yang Allah tidak akan menegur dan memandangnya di hari kiamat, yaitu : orang yang membangkit-bangkit pemberian, orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu, dan orang yang memanjangkan kain sarungnya” HR Muslim.
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” HR Abu Dawud dan At Tirmidziy

16. Ghibah (Bergunjing)
Ghibah adalah perbuatan tercela yang dilarang agama. Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat tentang arti ghibah. Jawab para sahabat: ”Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”. Sabda Nabi: “ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi : ”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada” HR Muslim.

Al Qur’an menyebut perbuatan ini sebagai memakan daging saudara sendiri (QS. 49:12)
Ghibah bisa terjadi dengan berbagai macam cara, tidak hanya ucapan, bisa juga tulisan, peragaan. dsb.
Hal-hal yang mendorong terjadinya ghibah adalah hal-hal berikut ini :
-Melampiaskan kekesalan/kemarahan
-Menyenangkan teman atau partisipasi bicara/cerita
-Merasa akan dikritik atau dcela orang lain, sehingga orang yang dianggap hendak mencela itu jatuh lebih dahulu.
-Membersihkan diri dari keterikatan tertentu
-Keinginan untuk bergaya dan berbangga, dengan mencela lainnya
-Hasad/iri dengan orang lain
-Bercanda dan bergurau, sekedar mengisi waktu
-Menghina dan meremehkan orang lain
-Terapi ghibah sebagaimana terapi penyakit akhlak lainnya yaitu dengan ilmu dan amal.
-Secara umum ilmu yang menyadarkan bahwa ghibah itu berhadapan dengan murka Allah. Kemudian mencari sebab apa yang mendorongnya melakukan itu. Sebab pada umumnya penyakit itu akan mudah sembuh dengan menghilangkan penyebabnya.
-Menceritakan kekurangan orang lain dapat dibenarkan jika terdapat alasan berikut ini:
-Mengadukan kezaliman orang lain kepada qadhi
Meminta bantuan untuk merubah kemunkaran
-Meminta fatwa,seperti yang dilakukan istri Abu Sufyan pada Nabi.
-Memperingatkan kaum muslimin atas keburukan seseorang
-Orang yang dikenali dengan julukan buruknya, seperti al a’raj (pincang), dst.
-Orang yang diceritakan aibnya, melakukan itu dengan terang-terangan (mujahir)
Hal-hal penting yang harus dilakukan seseorang yang telah berbuat ghibah adalah :
1. Menyesali perbuatan ghibahnya itu
2. Bertaubat, tidak akan mengualnginya lagi
3. Meminta maaf/dihalalkan dari orang yang digunjingkan.

Satu Lebih Baik Dari Sejuta

SATU TELADAN LEBIH BAIK DARI SEJUTA ARAHAN

Pernahkah saudara membaca ungkapan –yang merupakan judul tulisan- di atas sebelum anda membaca tulisan ini? Bila sudah pernah, apa perasaan anda setelah membacanya? Mungkin anda merasa takjub karena baru pertama kali menemukan sebuah ungkapan yang sedikit bombastis tapi memang fundamental. Fundamental karena bila isinya dipraktekkan niscaya dapat merubah perilaku orang yang mempraktekkan dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Atau mungkin saja setelah membaca tulisan tersebut anda baru menyadari kealfaan diri, karena begitu banyak kata-kata terucap namun belum pernah terealisasi. Atau mungkin pula anda merasa menjadi orang yang melankolis; mudah tersentuh hatinya. Atau ada perasaan-perasaan lain yang ingin anda ekspresikan di luar ke-3 contoh perasaan tadi setelah membaca judul tulisan di atas? Silahkan saja karena dengan anda bereaksi berarti anda termasuk orang yang peka dan mencintai perubahan.

Keteladanan di Berbagai Lingkungan Anda mungkin tercengang, ketika mendapati slogan “Satu Keteladanan Lebih Berarti Dari Pada Sejuta Pengarahan” terpampang secara jelas di depan sebuah kantor kepolisian Kotamadya. Kantor yang beisikan orang-orang yang selalu berpihak pada keadilan, kebaikan dan kebenaran. Namun, terkadang gambaran sosok polisi yang baik, tegas dan berwibawa tidak kita dapatkan karena dicoreng oleh tingkah laku sejumlah oknum anggotanya.
Kembali kepada slogan fundamental, Lalu apa jadinya bila setiap orang mengamalkan ungkapan tersebut? Berikut dapat kita lihat contoh-contohnya:

a. Keluarga
Di sebuah miniatur negara kecil yang bernama keluarga, sang ayah dan ibu hendaknya dapat menjadi sosok teladan bagi anak-anaknya. Sang ayah tidak pernah berkata kasar apalagi membentak Sang ibu. Bila terjadi persoalan diantara mereka, tidak pernah sekalipun sang ayah menampakkannya di depan anak-anak. Mereka akan menyelesaikan persoalan di tempat yang tidak terlihat oleh anak-anak. Ketika waktunya berhadapan dengan anak, orang tua menjalankan perannya masing-masing, sebagai ayah dan sebagai ibu. Dari keteladanan yang diberikan orang tua, anak hanya mencontoh yang baik-baik saja. Insya Allah, dengan menjadi orang tua teladan maka tidak akan kita dapati anak-anak yang suka melawan terhadap orang tua, marah tak terkendali bahkan membangkang terhadap orang tua. Keteladanan dapat terjadi ketika suami dan istri menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Di sebuah stiker inspirasi dari agama lain, penulis pernah mendapati ungkapan: ”Anda Memberi Teladan Apa Untuk Anak Anda Hari Ini?” Sebuah ungkapan inspiratif yang mengingatkan setiap orang yang membacanya khususnya orng tua untuk memberi teladan kepada anak-anaknya/ orang yang usianya lebih muda darinya.

b. Sekolah Contoh keteladanan dalam lingkup yang lebih luas yaitu di sekolah. Penulis pernah mendapati seorang kepala sekolah yang datang lebih pagi dari pada murid-murid dan guru-guru di sekolah tersebut. Kepala sekolah telah berdiri di depan pintu gerbang sekolah pukul 06.15 WIB, waktu yang teramat pagi bagi sebagian besar warga sekolah. Padahal jarak antara rumah kepala sekolah dan sekolah tempatnya bekerja terbilang cukup jauh seperti jarak Bekasi-Jakarta. Sang Kepala Sekolah berdiri dengan penuh kharisma, menjawab salam dan tersenyum kepada setiap warga sekolah yang baru datang. Apa akibat perbuatan kepala sekolah tadi? Seluruh warga sekolah bertekad tidak mau terlambat untuk datang ke sekolah karena melihat perbuatan Kepsek/ pimpinan tadi. Itulah contoh keteladanan Sang Kepsek kepada seluruh warga sekolah. Beliau tidak perlu memberikan wejangan berbagai rupa saat upacara untuk menanamkan sikap disiplin kepada setiap warga sekolah karena sang Kepsek telah memberi teladan melalui sikapnya.
Contoh tentang keteladanan khususnya tentang kedisiplinan dapat ditemui di kantor-kantor dimana sang pimpinan selalu datang tepat waktu. Sikap tersebut memberi dampak psikologis pada seluruh karyawan.

c. PerusahaanAda kisah lain tentang keteladanan yang menarik di sebuah perusahaan ekspor impor. Waktu itu Kepala Bagian Pemasaran terlihat pucat wajahnya. Sang pimpinan yang peka segera bertanya apa penyebab kepucatan anak buahnya. O, rupanya ada masalah di bagian pengiriman barang. Sesuai perjanjian dengan mitra mereka, barang-barang produksi perusahaan tersebut harus sampai 2 jam lagi tapi para buruh mogok kerja karena perusahaan selalu mempekerjakan mereka melebihi waktu kerja. Sang Pimpinan baru mengetahuinya setelah turun ke lapangan. Sang pimpinan yang merupakan bos besar atau direktur utama mengambil langkah menakjubkan. Dicantelkannya jasnya, dicopotnya dasi yang ia kenakan kemudian ia menggulung baju kerjanya hingga siku. Setelah itu Sang Pimpinan berlari ke arah gudang. Sesampainya di sana ia menanyakan jumlah orang yang bisa membantu dirinya untuk mengangkut barang-barang tersebut ke kontainer. Setelah itu bos besar mengangkut kardus demi kardus dengan dibantu Kepala Bagian Pemasaran dan supervisor. Melihat hal tersebut Kabag memerintahkan supervisor untuk menemui para buruh yang sedang mogok. Setibanya di tempat para buruh, sang supervisor menceritakan kejadian yang terjadi di gudang pengiriman bahwa bos besar mereka sekarang sedang melaksanakan pekerjaan mereka; mengangkut kardus-kardus yang harus segera dikirim. Akhirnya, barisan buruh itu menyadari perbuatannya yang dapat merugikan perusahaan tempat mereka mencari nafkah. Mereka pun berlarian menuju gudang tempat bos besar mereka sedang bekerja.

Akhirnya, pekerjaan pengiriman selesai. Barang-barang diterima oleh pembelinya tepat waktu. Bos besar dengan para karyawan tersenyum puas. Malam itu sang bos besar pun tak lupa mentraktir seluruh karyawan makan malam untuk merayakan keberhasilan mereka. Sejak saat itu, tidak ada lagi jam kerja yang berlebihan, karyawan yang bekerja melewati jam kerja diberikan bonus yang besar sebagai kompensasi berkurangnya waktu mereka bersama keluarga. Teladan yang indah, bukan?

d. Kantor Pemerintahan
Ketika para pejabat pemerintahan mau hidup bersahaja dan jauh terkesan dari gaya hidup glamour, sungguh akan memberi keteladanan kepada masyarakat. Masyarakat akan sangat respect terhadap apa yang dilakukan oleh para pemimpinnya. Bila sudah demikian maka Insya Allah akan terjadi hubungan yang indah dimana pemimpin mau mengerti kedaan rakyat dan rakyat terpuaskan kebutuhannya. Korupsi pun dapat ditekan secara alami karena tidak ada lagi orang-orang yang menjadi budak nafsu materi. Mereka menyadari hal-hal yang termasuk kebutuhan atau keinginan hidup.

Dan sikap keteladanan ini rupanya telah dipraktekkan oleh seorang manusia yang telah berhasil mengubah bangsa yang tidak beradab menjadi bangsa berperadan emas. Dialah Rasulullah SAW. Manusia yang pernah hidup 14 abad yang silam. Di tanah haram tersebut, Rasulullah SAW memberikan keteladanan kepada para pengikutnya. Berikut sebagian contoh-contoh keteladanan Beliau:

- Rasulullah SAW selalu mengucapkan salam kepada anak-anak bila melewati mereka sehingga anak-anak itu belajar sopan santun.
- Rasulullah SAW juga mau bergaul dengan orang miskin dan makan bersama pembantu, berjalan bersama anak yatim dan selalu memberikan salam kepada setiap orang yang dijumpainya.
- Beliau selalu memenuhi undangan siapapun tanpa terkecuali.
- Rasulullah SAW pun adalah figur kepala rumah tangga ideal karena mau membantu pekerjaan rumah tangga dan berusaha mengerjakan pekerjaan apapun yang bisa dilakukannya untuk menjadi manusia yang penuh dengan manfaat.
- Ketika perintah memakai cincin emas itu haram bagi laki-laki, Rasulullah segera melepaskan cincin emas tersebut di depan para sahabatnya sehingga para sahabat mengikuti perbuatan Rasulullah SAW tersebut.

Rasulullah telah berhasil menjadi sosok pribadi teladan. Dan telah semestinyalah, ummatnya yang istiqamah mengikuti ajarannya berusaha bersikap menjadi pribadi teladan mulai dari saat ini karena hakikatnya setiap manusia akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. ”Kullukum Ra’in Wa Kullukum Mas’ulun An Raiyyatihi” artinya ”Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya” (Al Hadist).

Dengan menyadari pentingnya nilai keteladanan dalam berbagai hal, hendaknya setiap pribadi bertekad untuk menjadi pribadi teladan setiap waktu dan terhadap siapapun. Sehingga bisa menjawab pertanyaan,: ”Sudah Memberi Teladan Apa Kita Hari Ini?” Wallahu A’lamu.

Penyemangat Berbuat Baik

Sesungguhnya pintu-pintu pahala banyak sekali. Amal kebajikan begitu luhur, mulia, dan agung. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam meriwayatkan firman Robbnya Azza Wa jalla :

إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن همّ بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة رواه البخاري 6010 ومسلم 187.

Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menerangkan hal itu, maka barang siapa berkehendak melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melakukannya Allah mencatatnya baginya di sisiNya kebaikan secara sempurna ..

Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan dan mengarahkan kepadanya baginya pahala yang besar, Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

منْ دعاَ إلى هُدَى كَانَ له من الأجرِ مثلُ أُجورِ منْ تَبِعَهُ لا ينْقُصُ ذَلِكَ منْ أُجْورِهمْ شَيْئاً ومنْ دعاَ إِلىَ ضَلاَلةِ كاَن عليهِ من الإثمِ مثْلُ آثامِ مَنْ تبعَهُ لاَ ينْقُصُ ذَلِكَ من آثامهم شَيئاً رواه مسلم 4831.

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” .


diantara pintu-pintu kebaikan adalah yang disebutkan berikut ini :


1-Wudhu dan shalat dua roka’at setelahnya :

قال صلى الله عليه وسلم : من توضأ نحو وضوئي هذا ثم صلى ركعتين لم يحدث فيهما نفسه غفر الله له ما تقدم من ذنبه [ البخاري 159 مسلم 331]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : barang siapa berwudhu seperti wudhu saya ini kemudian shalat dua rokaat, dan ia tidak melamun dalam shalatnya, pastilah Allah mengampuni dosanya yang telah lalu dari .


2- Memelihara shalat sunnah rowatib dua belas roka’at :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من ثابر على ثنتي عشرة ركعة في اليوم والليلة دخل الجنة، أربعاً قبل الظهر، وركعتين بعدها، وركعتين بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء، وركعتين قبل الفجر [صحيح الترغيب 580، وصحاح السنن الترمذي 338، والنسائي 1693 وابن ماجه 935 للألباني ]

Barang siapa yang rutin melakukan dua belas roka’at pada siang dan malam hari masuklah dia ke surga: empat roka’at sebelum dzuhur, dua roka’at setelahnya, dua roka’at setelah maghrib, dua roka’at setelah ‘Isya’ dua roka’at sebelum subuh


3- Berjalan ke shalat jama’ah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من مشى إلى صلاة مكتوبة في الجماعة فهي كحجة، ومن مشى إلى صلاة تطوع فهي كعمرة [صحيح الجامع 6556]

Barang siapa berjalan ke shalat wajib berjamaah maka ia seperti mengerjakan haji, dan barang siapa berjalan menuju shalat sunnah maka seperti melakukan umroh.


4- Shalat subuh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من صلى الصبح فهو في ذمّة الله، فلا يطلبنكم الله في ذمته بشيء، فإنه من يطلبه في ذمته بشيء يدركه، ثم يكبه على وجهه نار جهنم [صحيح الجامع 2890]

Barang siapa shalat subuh dia berada dalam jaminan Allah, maka janganlah kalian dituntut oleh Allah dengan sesuatu dalam jaminanNya, karena sesungguhnya orang yang dituntut oleh Allah dalam jaminanNya pasti ditangkapNya kemudian Allah sungkurkan wajahnya ke dalam api neraka .

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من توضأ فأسبغ الوضوء، ثم مشى إلى الصلاة المكتوبة فصلاها مع الناس غفر الله له ذنوبه [ابن خزيمة صحيح الجامع 6173]

Barang siapa berwudhu untuk shalat, dia sempurnakan wudhunya, kemudian berjalan ke shalat wajib dan dia lakukan bersama jamaah, Allah mengampuni dosa-dosanya.


6-menjaga dalam mendapatkan takbirotul ihrom imam yang pertama.

من صلّى لله أربعين يوماً في جماعة يدرك التكبيرة الأولى كتب له براءتان براءة من النار وبراءة من النفاق [ الصحيحة 1979]

Barang siapa shalat empat puluh hari di dalam jama’ah mendapatkan takbir pertama, ditulis baginya dua kebebasan, kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan.


7- menshalati janazah dan mengantarkan ke kuburan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من أتبع جنازة مسلم إيماناً واحتساباً وكان معه حتى يصلي عليها ويفرغ من دفنها فإنه يرجع من الأجر بقيراطين كل قيراط مثل أحد ومن صلّى عليها ثم رجع قبل أن تدفن فإنه يرجع بقيراط[ صحيح الترغيب 3498]

Barang siapa mengikuti jenazah seorang muslim dengan iman dan mengharapkan pahala Allah , dan bersamanya sehingga menshalatinya hingga selesai dari penguburannya maka dia pulang dengan pahala dua qiroth setiap satu qiroth seperti gunung Uhud, dan barang siapa menshalatinya kemudian pulang sebelum dikebumikan maka dia pulang dengan satu qiroth.


8- Haji Mabrur.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


من حج هذا البيت ، فل يرفث، ولم يفسق، رجع كما ولدته أمه [ صحيح النسائي 2464]

Barang siapa haji ke Rumah ini [Baitulloh] tidak berbuat rofats[sesuatu yang mengarah kepada sexsual] serta tidak berbuat fasiq dia pulang seperti dilahirkan ibunya[tanpa dosa]


9-Thowaf dan shalat dua roka’at setelahnya .

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من طاف بالبيت [سبعاً]، وصلّى ركعتين، كان كعدل رقبة [ الصحيحة 2725].

Barang siapa yang thowaf di rumah Allah [Ka’bah] tujuh kali, serta shalat dua roka’at adalah seperti memerdekakan budak.


10- kesungguhan dalam memohon untuk mati sayhid.

من طلب الشهادة صادقاً أعطيها، ولو لم تصبه [ صحيح الترغيب 1277.

Barang siapa memohon mati syahid dengan kesungguhan ia diberikan syahadat walaupun tidak terbunuh.


11-memandikan mayit dan menutup aib yang dilihatnya.

Nabi bersabda :

من غسل ميتا فستره، ستره الله من الذنوب، ومن كفن مسلماً كساه الله من السندس[ الصحيحة 3353]

Barang siapa yang memandikan mayit serta menutupi aibnya, Allah menutupi dosa-dosanya, dan barang siapa yang mengkafani seorang muslim, Allah memberikannya pakaian sutra.


12-memintakan ampun buat kaum mu’minin.

Nabi bersabda :

من استغفر للمؤمنين والمؤمنات، كتب الله له بكل مؤمن ومؤمنة حسنة [ الصحيحة 6026]

Siapa yang memintakan ampunan bagi kaum mukmin laki dan wanita , Allah mencatat buatnya dengan setiap mukmin laki dan wanita satu kebaikan.


13- membaca AlQur’an

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من قرأ حرفاً من كتاب الله فله به حسنة، والحسنة بعشر أمثالها لا أقول [ ألم ] حرف ولكن ألف حرف ولام حرف، وميم حرف [ الصحيحة 3227]

Siapa yang membaca satu huruf dari kitabulloh maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh lipat, saya tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.


14-tasbih.

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من قال سبحان الله وبحمده في يوم مائة مرة، حطت عنه خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر [صحيح الكلم الطيب 7]

Siapa yang mengatakan subhaanAllah wa bihamdihi satu hari seratus kali, dihapus dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan.

من قال سبحان الله العظيم وبحمده غرست له نخلة في الجنة [ الصحيحة 64]

Siapa yang mengucapkan subhaanAllahil ‘adzim wa bi hamdihi ditamkan baginya pohon kurma di surga.


15-sholawat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من صلّى عليّ حين يصبح عشراً وحين يمسح عشراً أدركته شفاعتي يوم القيامة [ صحيح الجامع 6357]

Siapa yang bersholawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore hari akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.

من صلّى عليّ صلّى الله عليه عشراً [ صحيح الترمذي 402]

Siapa yang bersholawat kepadaku Allah bersholawat kepadanya sepuluh kali .


16-membangun masjid .

nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من بنى لله مسجداً بنى الله له بيتاً في الجنة أوسع منه [ الصحيحة 3445]

Siapa yang membangun masjid untuk Allah, Aloh membangun baginya rumah disorga yang lebih luas darinya .


17-membaca tahlil :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من قال في يوم مائة مرة لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيء قدير، كان له عدل عشر رقاب، وكتبت له مائة حسنة ومحي عنه مائة سيئة وكان له حرزاً من الشيطان سائر يومه إلى الليل ولم يأت أحد بأفضل مما أتى به إلا من قال أكثر [ صحيح ابن ماجه 3064]

Siapa yang mengucapkan satu hari sebanyak seratus kali :

لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيء قدير

Tidak ada Ilaah yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, baginya saja segala kerajaan dan bagiNya saja segala pujian dan Dia atas segala sesuatu berkuasa.

Adalah untuknya pahala sebanding memerdekakan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan dihapus seratus keburukan dan baginya benteng dari setan pada harinya itu sampai malam hari dan tidak ada seorangpun yang datang dengan kebaikan yang labih baik dari kebaikan yang ia datang dengannya kecuali orang yang mengucapkan lebih darinya.

من قال لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيء قدير، عشراً، كان كمن أعتق رقبة من ولد إسماعيل [صحيح الجامع 4653]

Siapa yang mengucapkan:

لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيء قدير

Tidak ada Ilaah yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya baginya saja segala kerajaan dan bagiNya saja segala pujian dan Dia atas segala sesuatu berkuasa.[sepuluh kali]

Adalah seperti memerdekakan budak dari anak Nabi Isma’il.


18- mengahafal sepuluh ayat dari surat Al Kahfi :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من حفظ عشر آيات من أول سورة الكهف عصم من الدجال [ صحيح الجامع 2601]

Siapa yang yang hafal sepuluh ayat pertama dari surrat Kahfi terjaga dari dajjal.


19-Do’a ketiga melihat orang yang dicoba .

Nabi bersabda :

من رأى مبتلى فقال : الحمد لله الذي عافاني مما ابتلاك به وفضلني على كثير مما خلق تفضيلاً، لم يصبه ذلك البلاء [ الصحيحة 602]

Siapa yang melihat orang yang dicoba ia berkata : segala puji bagi Allah yang menyelamatkan saya dari apa yang kamu dicoba dengannya serta melebihkan saya kelebihan yang banyak atas kebanyakan yang Dia ciptakan, tidak akan terkena balak tersebut.

Catatan : hendaklah membacanya dengan pelan supaya tidak terdengar oleh orang yang dicoba agar tidak menyakitinya.


20-mencintai orang-orang Anshor.

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الأنصار لا يحبهم إلا مؤمن ولا يبغضهم إلا منافق، فمن أحبهم أحبه الله، ومن أبغضهم أبغضه الله [ الصحيحة 1975]

Orang-orang Anshor tidak mencintai mereka kecuali orang mukmin, tidak membenci mereka kecuali munafiq, maka barang siapa yang mencintai mereka Allah mencintainya, barang siapa yang membenci mereka Allah membenci mereka .


21- memberikan kelonggarn waktu orang yang kesulitan .

Nabi bersabda :

من أنظر معسراً أو وضع له أظله الله يوم القيامة تحت ظل عرشه يوم لا ظل إلا ظله [صحيح الترمذي 1052] .

Siapa yang memberikan kelonggaran waktu kepada orang yang kesulitan atau membebaskannya Allah memberikan naungan kepadanya pada hari kiamat di bawah anungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya.


22- menutupi aib saudara muslim.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ومن ستر مسلماً ستره الله يوم القيامة [ البخاري 2262 مسلم 4677]

Siapa yang menutupi [aib] seorang muslim Allah menutup [aibnya] hari kiamat.


23-mendidik anak perempuan .

من كان له ثلاث بنات، فصبر عليهن، وأطعمهن وسقاهن، وكساهن من جدته، كن له حجاباً من النار يوم القيامة [ الصحيحة 294]

Siapa yang memiliki tiga anak, sabar dalam mendidik mereka, memberikan makan dan minum mereka dan pakaian mereka dengan hasil usahanya, adalah mereka pada hari kiamat sebagai dinding penghalang untuknya dari api neraka .


24- membela nama baik saudara muslim .

من ذب عن عرض أخيه بالغيبة كان حقاً على الله أن يعتقه من النار. [ صحيح الترغيب 284].

Siapa yang membela kehormatan saudaranya dalam kondisi tidak bertemu, adalah wajib bagi Allah untuk memerdekakannya dari api neraka.


25-menahan marah .

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من كظم غيظه وهو قادر على أن ينفذه، دعاه الله على رؤوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور العين ما شاء [ صحيح الترغيب 2753]

Siapa yang menahan marahnya sementara dia mampu untuk melampiaskan Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh mahkluq pada hari kiamat sehingga di persilahkan memilih bidadari mana yang ia kehendaki.


26- tawadhu’

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من تواضع لله رفعه الله [ الصحيحة 2328]

Siapa yang merendahkan diri karena Allah, Allah akan meninggikan derajatnya.


27-silaturrohim.

من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه [ البخاري 5527 مسلم 4629]

Siapa yang menhendaki untuk diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung persaudaraannya.


28- membunuh cecak dengan satu pukulan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من قتل وزغاً في أول ضربة كتبت له مائة حسنة وفي الثانية دون ذلك وفي الثالثة دون ذلك [صحيح الترغيب 2978]

Siapa yang membunuh cecak dalam satu pukulan dicatat buatnya seratus kebaikan, dalam pukulan kedua kurang dari itu, dalam pukulan ketiga kurang dari itu.